Definisi
Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, masalah suara, masalah
kelancaran berbicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan katakata,
biasanya akibat
cedera otak) serta keterlambatan dalam bicara atau bahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dapat
disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran. Gangguan
bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukung seperti fungsi otot
mulut dan fungsi pendengaran. Keterlambatan dan gangguan bisa mulai dari bentuk yang sederhana
seperti bunyi suara yang “tidak normal” (sengau, serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk
mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme oralmotor
dalam fungsinya
untuk bicara dan makan.8
Gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan mengucapkan satu huruf sampai
beberapa huruf. Sering terjadi penghilangan atau penggantian bunyi huruf itu sehingga
menimbulkan kesan bahwa bicaranya seperti anak kecil. Selain itu juga dapat berupa gangguan
dalam pitch, volume atau kualitas suara.6
Afasia yaitu kehilangan kemampuan untuk membentuk katakata
atau kehilangan
kemampuan untuk menangkap arti katakata
sehingga pembicaraan tidak dapat berlangsung dengan
baik. Anakanak
dengan afasia didapat memiliki riwayat perkembangan bahasa awal yang normal,
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak
dan memiliki onset setelah trauma kepala atau gangguan neurologis lain (sebagai contohnya
kejang).6,9,10
Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara.
Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata, atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi
spasme tonik dari otototot
bicara seperti lidah, bibir, dan laring. Terdapat kecenderungan adanya
riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua
agar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian anak.3,6,9
Stimulasi yaitu kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar anak tumbuh dan
berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus
menerus pada setiap kesempatan yang dapat dilakukan oleh ibu, ayah, pengasuh, maupun orangorang
terdekat dalam kehidupan seharihari.
Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan gangguan
yang menetap.11
2. 2. Epidemiologi
Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia pra sekolah. Hampir sebanyak 20%
dari anak berumur 2 tahun mempunyai gangguan keterlambatan bicara. Keterlambatan bicara paling sering terjadi pada usia 316 tahun. Pada umur 5 tahun, 19% dari anakanak diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa (6,4% kelemahan berbicara, 4,6% kelemahan bicara dan bahasa, dan 6% kelemahan bahasa). Gagap terjadi pada 45% pada usia 35 tahun dan 1% pada usia remaja.
Lakilaki
diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa hampir dua kali lebih banyak daripada
wanita. Sekitar 36% anak usia sekolah memiliki gangguan bicara dan bahasa tanpa gejala
neurologi, sedangkan pada usia pra sekolah prevalensinya lebih tinggi yaitu sekitar 15%. Menurut penelitian anak dengan riwayat sosial ekonomi yang lemah memiliki insiden gangguan bicara dan bahasa yang lebih tinggi dari pada anak dengan riwayat sosial ekonomi menengah keatas.1,12
2. 3. Fisiologi Bicara
Terdapat dua aspek untuk dapat berkomunikasi, pertama aspek sensorik (input bahasa) yang
melibatkan telinga dan mata, dan kedua aspek otorik (output bahasa) yang melibatkan vokalisasi
dan pengaturannya. Otak memiliki tiga pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya bersifat ekspresif.
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak mengurus pelaksanaan bahasa lisan dan tulisan. Ketiganya berada di hemisfer dominan dari otak atau sistem susunan saraf pusat. Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area Wernicke, merupakan pusat persepsi auditoroleksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 Broadman adalah pusat persepsi visuoleksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahasa ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.
Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk melalui
lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membran timpani. Dari sini rangsangan
diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut koklea. Saat gelombang suara mencapai koklea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VIII ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke area Wernicke. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paruparu, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langitlangit).
Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat Penting.
Untuk dapat mengucapkan katakata sebaikbaiknya, sehingga bahasa yang didengar dapat
ditangkap dengan jelas dan setiap suku kata dapat terdengar secara terinci, maka mulut, lidah, bibir, palatum mole dan pita suara, serta otototot pernafasan harus melakukan gerakan sempurna. Bila ada salah satu gerakan tersebut diatas terganggu, timbullah cara berbahasa yang kurang jelas ada katakata yang seolaholah ”ditelan” terutama pada akhir kalimat.Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar