Sabtu, 05 Juni 2010

Tahap Perkembangan Bicara dan Bahasa pada Anak :

Umur Kemampuan Reseptif Kemampuan Ekspresif Lahir Melirik ke sumber suara Memperlihatkan ketertarikan
terhadap suarasuara
Menangis
2 – 4 bulan Tertawa dan mengoceh tanpa arti
6 bulan Memberi respon jika namanya
dipanggil
Mengeluarkan suara yang
merupakan kombinasi huruf
hidup (vowel) dan huruf mati
(konsonan)
9 bulan Mengerti dengan katakata
Yang rutin (dada)
Mengucapkan “mama”,
“dada”
12 bulan Memahami dan menuruti
perintah sederhana
Bergumam
Mengucapkan satu kata
15 bulan Menunjuk anggota tubuh Mempelajari katakata
dengan
perlahan
18 – 24 bulan Mengerti kalimat Menggunakan/merangkai dua
kata
24 – 36 bulan Menjawab pertanyan
Mengikuti 2 langkah perintah
Frase 50% dapat dimengerti
Membentuk 3 (atau lebih)
kalimat
Menanyakan “apa”
36 – 48 bulan Mengerti banyak apa yang
diucapkan
Menanyakan “mengapa”
Kalimat 75% dapat dimengerti,
bahasa sudah mulai jelas,
menggunakan lebih dari 4 kata
dalam satu kalimat
48 – 60 bulan Mengerti banyak apa yang
dikatakan, sepadan dengan
fungsi kognitif
Menyusun kalimat dengan baik
Bercerita
100% kalimat dapat dimengerti
6 tahun Pengucapan bahasa lebih jelas
2. 4. Etiologi dan Patogenesis Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak
Penyebab kelainan berbicara dan bahasa bisa bermacammacam
yang melibatkan berbagai
faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kondisi lingkungan, pendengaran, kognitif,
fungsi saraf, emosi psikologis, dan lain sebagainya.
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak
Gangguan bicara dan bahasa pada anak dapat disebabkan oleh kelainan berikut :
1. Lingkungan sosial dan emosional anak.
Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan perkembangan bahasa.
Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak,
termasuk lingkungan keluarga. Misalnya, gagap dapat disebabkan oleh kekhawatiran dan
perhatian orang tua yang berlebihan pada saat anak mulai belajar bicara, tekanan emosi pada
usia yang sangat muda sekali, dan dapat juga sebagai suatu respon terhadap konflik dan rasa
takut. Sebaliknya, gagap juga dapat menimbulkan problem emosional pada anak.
2. Sistem masukan / input.8,15
Gangguan pada sistem pendengaran, penglihatan, dan defisit taktilkinestetik
dapat
menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak.
Dalam perkembangan bicara, pendengaran merupakan alat yang sangat penting. Anak
seharusnya sudah dapat mengenali bunyibunyian
sebelum belajar bicara. Anak dengan otitis
media kronis dengan penurunan daya pendengaran akan mengalami keterlambatan kemampuan
menerima atau mengungkapkan bahasa. Gangguan bahasa juga terdapat pada tuli karena
kelainan genetik dan metabolik (tuli primer), tuli neurosensorial (infeksi intrauterin : TORCH),
tuli konduksi seperti akibat malformasi telinga luar, tuli sentral (sama sekali tidak dapat
mendengar), tuli persepsi/afasia sensorik (terjadi kegagalan integrasi arti bicara yang didengar
menjadi suatu pengertian yang menyeluruh), dan tuli psikis seperti pada skizofrenia, autisme
infantil, keadaan cemas dan reaksi psikologis lainnya.
Anak dengan gangguan penglihatan yang berat, akan terganggu pola bahasanya. Pada anak
dengan defisit taktilkinestetik
akan terjadi gangguan artikulasi, misalnya pada anak dengan.
anomali alat bicara perifer, seperti pada labioskizis, palatoskizis dan kelainan bentuk rahang,
bisa didapati gangguan bicara berupa disartria.
3. Sistem pusat bicara dan bahasa.
Kelainan pada susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman, interpretasi, formulasi, dan
perencanaan bahasa, juga aktivitas dan kemampuan intelektual dari anak. Dalam hal ini,
terdapat defisit kemampuan otak untuk memproses informasi yang komplek secara cepat.
Kerusakan area Wernicke pada hemisfer dominan girus temporalis superior seseorang akan
menyebabkan hilangnya seluruh fungsi intelektual yang berhubungan dengan bahasa atau simbol
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak
verbal, yang disebut dengan afasia Wernicke. Penderita mampu mengerti katakata
yang
dituliskan atau didengar, namun tak mampu menginterpretasikan pikiran yang diekspresikan.
Apabila lesi pada area Wernicke ini meluas dan menyebar ke belakang (regio girus angular), ke
inferior (area bawah lobus temporalis), dan ke superior (tepi superior fisura sylvian), maka
penderita tampak seperti benar-benar terbelakang total untuk mengerti bahasa dan berkomunikasi, disebut dengan afasia global. Bila lesi tidak begitu parah, maka penderita masih
mampu memformulasikan pikirannya namun tidak mampu menyusun katakata yang sesuai
secara berurutan dan bersamasama untuk mengekspresikan pikirannya.
Kerusakan pada area bicara broca yang terletak di regio prefrontal dan fasial premotorik korteks
menyebabkan penderita mampu menentukan apa yang ingin dikatakannya dan mampu
bervokalisasi namun tak mampu mengatur sistem vokalnya untuk menghasilkan katakata
selain suara ribut. Kelainan ini disebut afasia motorik, kira-kira 95% kelainannya di hemisfer kiri.
Regio fasial dan laringeal korteks motorik berfungsi mengaktifkan gerakan otototot
mulut, lidah, laring, pita suara, dan sebagainya, yang bertanggung jawab untuk intonasi, waktu, dan perubahan intensitas yang cepat dari urutan suara. Kerusakan pada regioregio ini menyebabkan ketidakmampuan untuk berbicara dengan jelas. Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retardasi mental, misalnya pada sindrom Down. Pada anak dengan retardasi mental, terdapat disfungsi otak akibat adanya ketidaknormalan yang luas dari struktur otak, neurotransmitter atau mielinisasi, sehingga perkembangan mentalnya terhenti atau tidak lengkap, sehingga berpengaruh pada semua kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.


4. Sistem produksi.
Sistem produksi suara meliputi laring, faring, hidung, struktur mulut dan mekanisme
neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas untuk berbicara, bunyi laring,
pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara melalui aliran udara lewat laring, faring dan rongga
mulut.
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak
Tabel 2. 2. Penyebab Gangguan Bicara dan Bahasa menurut Blager BF15
Penyebab Efek pada Perkembangan Bicara
1. Lingkungan
a. Sosial ekonomi kurang
b. Tekanan keluarga
c. Keluarga bisu
d. Dirumah menggunakan bahasa
bilingual
2. Emosi
a. Ibu yang tertekan
b. Gangguan serius pada orang tua
c. Gangguan serius pada anak
3. Masalah pendengaran
a. Kongenital
b. Didapat
4. Perkembangan terlambat
a. Perkembangan lambat
b. Perkembangan lambat, tetapi
masih dalam batas ratarata
c. Retardasi mental
5. Cacat bawaan
a. Palatoschizis
b. Sindrom Down
6. Kerusakan otak
a. Kelainan neuromuskular
b. Kelainan sensorimotor
c. Palsi serebral
d. Kelainan persepsi
a. Terlambat
b. Gagap
c. Terlambat pemerolehan bahasa
d. Terlambat pemerolehan struktur bahasa
a. Terlambat pemerolehan bahasa
b. Terlambat atau gangguan perkembangan
bahasa
c. Terlambat atau gangguan perkembangan
bahasa
a. Terlambat atau gangguan bicara
permanen
b. Terlambat atau gangguan bicara
permanen
a. Terlambat bicara
b. Terlambat bicara
c. Pasti terlambat bicara
a. Terlambat dan terganggu kemampuan
bicara
b. Kemampuan bicaranya lebih rendah
a. Mempengaruhi kemampuan menghisap,
menelan, mengunyah dan akhirnya timbul
gangguan bicara dan artikulasi seperti
disartria
b. Mempengaruhi kemampuan menghisap,
menelan, akhirnya menimbulkan
gangguan artikulasi, seperti dispraksia
c. Berpengaruh pada pernapasan, makan
dan timbul juga masalh artikulasi yang
dapat mengakibatkan disartria dan
dispraksia
d. Kesulitan membedakan suara, mengerti
bahasa, simbolisaasi, mengenal konsep,
akhirnya menimbulkan kesulitan belajar
di sekolah
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak
Diagnosis Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak
Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis adalah
membedakannya dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi besar
pada usia saat mereka belajar berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatan berbahasa sering
diikuti kesulitan dalam membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungan interpersonal, serta
gangguan emosional dan perilaku. Untuk menegakkan diagnosis, harus dilakukan pengujian
terhadap intelektual nonverbal anak. Pengamatan pola bahasa verbal dan isyarat anak dalam
berbagai situasi dan selama interaksi dengan anakanak
lain membantu memastikan keparahan,
bidang spesifik anak yang terganggu, dan membantu dalam deteksi dini komplikasi perilaku dan
emosional.
Anamnesis
Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan bahasa anak. Beberapa
pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain :
• Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya berkedip, terkejut, atau
menggerakkan bagian tubuh.
• Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya saat berbicara
padanya.
• Kapan bayi mulai mengeluarkan suara “aaaggh”
• Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling atau mencari ke
arah suara
• Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum
• Mengikuti perintah satu langkah, seperti “beri ayah sepatu” atau “ambil koran”
• Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukkan oleh anak, seperti mata, hidung,
kuping, dan sebagainya
Selain itu harus diperhatikan juga tanda bahaya adanya gangguan bahasa dan bicara yaitu bila pada
usia:
4–6 Bulan
• Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya;
• Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak
8-10
Bulan
• Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian.
• Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya.
• 9-10
bulan, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis.
12-15
Bulan
• 12 bulan, belum menunjukkan mimik.
• 12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara, seperti “mama”,
“dada”.
• 12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu.
• 15 bulan, belum mampu memahami arti “tidak boleh” atau “daag”.
• 15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda.
• 15 bulan, belum dapat mengucapkan 13
kata.
18-24
Bulan
• 18 bulan, belum dapat mengucapkan 610
kata.
• 18-20
bulan, tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian.
• 21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana.
• 24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat.
• 24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan telepon.
• 24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau katakata
orang lain.
• 24 bulan, tidak mampu menunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya.
• 30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga.
• 36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana dan pertanyaan dan tidak dapat dipahami
oleh orang lain selain anggota keluarga.
• 3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal dan tidak mamiliki
minat bermain dengan sesamanya.
• 3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti “ayah” diucapkan “aya”.
• 4 tahun, masih gagap dan tidak dimengerti secara lengkap.
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak
American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder (DSM IV) membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe.1,18
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptifekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap
Pada gangguan bahasa ekspresif, secara klinis kita bisa menemukan gejala seperti perbendaharaan kata yang jelas terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata, mengalami kesulitan.
dalam mengingat katakata atau membentuk kalimat yang panjang dan memiliki kesulitan dalam
pencapaian akademik, dan komunikasi sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh.
Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia 18 bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata
dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan gerakan badannya untuk menyatakan
keinginannya. Jika anak akhirnya bisa berbicara, defisit bahasa menjadi jelas, terjadi kesalahan
artikulasi seperti bunyi th, r, s, z, y. Riwayat keluarga yang memiliki gangguan bahasa ekspresif juga ikut mendukung diagnosis.
Pada gangguan bahasa campuran ekspresifreseptif, selain ditemukan gejala-gejala gangguan
bahasa ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti kata dan kalimat. Ciri klinis penting dari
gangguan tersebut adalah gangguan yang bermakna pada pemahaman bahasa dan ekspresi bahasa.
Gangguan ini biasanya tampak sebelum usia 4 tahun. Bentuk yang parah terlihat pada usia 2 tahun, bentuk ringan tidak terlihat sampai usia 7 tahun atau lebih tua. Anak dengan gangguan bahasa reseptif ekspresif campuran memiliki gangguan auditorik sensorik atau tidak mampu memproses simbol visual seperti arti suatu gambar. Mereka memiliki defisit dalam mengintegrasikan symbol auditorik maupun visual, contohnya mengenali atribut dasar yang umum untuk mainan truk dan mainan mobil penumpang. Anak dengan gangguan bahasa campuran reseptifekspresif biasanya tampak tuli.
Anakanak dengan kesulitan berbicara memiliki masalah dalam pengucapan, yaitu berhubungan dengan gangguan motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi suara.19 Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi pengulangan atau perpanjangan suara, kata, atau suku kata. Biasanya sering terjadi pada anak laki-laki usia 23 tahun dan 57
tahun. Sangat sering disertai mengedip mata dan menggoyangkan kepala.
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak
Beberapa cara menstimulasi anak diantaranya :
1. Berbicara
Setiap hari bicara dengan bayi sesering mungkin. Gunakan setiap kesempatan seperti waktu
memandikan bayi, mengenakan pakaiannya, memberi makan dan lainlain.
Anak tidak pernah
terlalu muda untuk diajak bicara.
2. Mengenali berbagai suara
Ajak anak mendengarkan berbagai suara seperti musik, radio, televisi. Juga buatlah suara dari
kerincingan, mainan, kemudian perhatikan bagaiman reaksi anak terhadap suara yang berlainan.
3. Menunjuk dan menyebutkan nama gambargambar
Ajak anak melihat gambargambar,
kemudian gambar ditunjuk dan namanya disebutkan, usahakan
anak mengulangi katakata, lakukan setiap hari. Bila anak sudah bisa menyebutan nama gambar,
kemudian dilatih untuk bercerita tentang gambar tersebut
4. Mengerjakan perintah sederhana
Mulai memberikan perintah kepada anak misal “letakkan gelas di meja”. Kalau perlu tunjukkan
kepada anak cara mengerjakan perintah tadi, gunakan katakata
yang sederhana.
Terapi anak gagap diawali dengan mengurangi stres emosional disertai bimbingan dan
konseling terhadap orang tua demi kemajuan anaknya. Hampir separuh anak gagap dapat
mengatasinya, walaupun demikian rujukan ke ahli terapi wicara merupakan bantuan yang sangat
penting bagi anak, dan terapi lebih efektif jika dimulai pada masa pra sekolah. Indikasi rujuk yaitu
jika anak terlihat tidak nyaman atau cemas saat bicara atau kecurigaan adanya hubungan gangguan
ini dengan kelainan neurologis ataupun psikis pada anak.1,2,6
Dalam perjalanan tata laksana gangguan bicara dan bahasa, orang tua diharapkan untuk
selalu memberikan motivasi terhadap anak atas perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa
anaknya walaupun baru memperlihatkan sedikit perbaikan.1,25
2. 7. Prognosis
Prognosis gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebabnya. Sebagian besar anak
memberikan respon baik terhadap tata laksana yang diberikan.Untuk gangguan yang berhubungan
kelainan organik seperti pada tuli konduksi, perbaikan masalah medisnya dapat menghasilkan
Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak
perkembangan bahasa normal pada anak. Anak dengan retardasi mental memiliki prognosis yang
lebih buruk dibandingkan anak yang inteligensinya baik. Demikian juga dengan anak yang memiliki
gangguan perkembangan multipel, membutuhkan penanganan ekstra agar tidak meninggalkan
kelainan sisa. Lingkungan yang berisiko tinggi dan usia terdeteksinya gejala turut memperburuk
prognosis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar